Oleh Syamsul Maarif
Jakarta, 19 Okt 2023
Wahai angkatan 98
Lama sudah kita tak beradu argumen atas fenomena yang menjadi wacana
Lama sudah kita tertidur, dinina bobokam oleh bius kekuasaan
Lama sudah kita diam atas segala penindasan gaya baru
Lama sudah kita acuh atas apa yang terjadi disekitar kita
Duhai angkatanku 98
Panas perih, berlumur peluh bahkan beberapa dari kita ada yang berlumur darah
Sesak nafas kita pernah kita rasakan bersama
Hati nurani sebagai fondasi atas segala semangat perjuangan kita.
Teriak hingga parau suara menyisakan isak, hingga tangis tak terbendung.
Kita semua pernah sama sama rasakan itu.
Usia kita sudah mendekati setengah abad bahkan ada yg lebih.
Kita hidup tidak lama lagi, bahkan teman teman kita sudah banyak yang mendahului.
Apa yang akan kalian wariskan untuk anak-anak kita.
Apakah kondisi seperti ini yang akan kita tinggalkan?
Kemiskinan yang hampir merata bahkan jadi kebanggaan hanya demi mendapatkan bantuan.
Keadilan yang jauh dari panggang api yang berkobar.
Kebodohan yang membutakan segala bentuk penindasan gaya baru.
Kapan kita semua berkumpul, merajut kembali pakaian kebesaran kita yang sudah robek, berlubang oleh keausan zaman yang semakin menggila.
Saatnya kita masuki dunia kegilaan yang lain karena kita telah lama menolak menjadi gila.
Comments :
0 komentar to “Memanggil Nurani 98”
Posting Komentar