Sabtu, 26 Maret 2011

Ah! Buat Apa Berpolitik?

Opini Oleh Syamsul Maarif
Ada asap politik yang mengepul dalam tungku konstituen, sudah dipastikan pada saatnya nanti akan keluar dengan paksa, menjebol semua penghalang yang ada. akibatnya blar!!! meletus sebagaimana gunung Slamet di jawa tengah yang pernah siaga 1 atau sunami yang menimpa Jepang.
Masyarakat tak menutup telinga untuk mendengar bunyi yang menggema, terkejut sudah hal yang biasa, sebab air diam tandanya dalam, begitulah kepercayaan mereka Sedang yang rame diumpakan burung dara, ditepuki tangan sekampung terbangnya pendek juga.
sebenarnya tidak ada yang rame memperbincangkan Politik, sebab yang rame adalah media, masyarakat pada umumnya jenuh, melihat apalagi memcermati kondisi absuditas dagelan politik di negeri ini yang seakan-akan nilainya hanya semangkuk nasi.
Oleh karena pada gholibnya masyarakat jenuh, jengah bicarakan politik, hingga ungkapan yang sering didengar adalah: Ah Politik Buat Apa?
Umumnya masyarakat lebih mementingkan kerja yang tidak boleh ada sakit sebab sakit berarti tidak bisa menghasilkan uang, tidak ada uang maka tidak makan. huh, hebat sekali candu uang ini hingga mampu mengikis keimanan terhadap eksistensi Tuhan selaku Sang Yang Maha.
Pantas kemudian para politisi mengolah strategi dengan menjadikan masyarakat kere (miskin) untuk tujuan agar pada saat pilihan nanti masyarakat mudah dibeli. dengan sadar atau tidak mereka berhasil menjadikan masyarakat miskin.
Imbas dari kemiskinan ini sangat besar, kekritisan masyarakat dalam berpikir kurang, dan menganggap politik itu bulshit, mau berpolitik asal dibayar, berpolitik dianggap suatu yang najis.
pandangan-pandangan ini rupanya mendapatkan perhatian dari sang sosiolog, Sakban Rosidi, dengan mengatakan " It is self-evident, or at least assumed, that at first human lived in natural society, in which the freedom was not limited. The most dominant driving force of human is the will to survive. In the state of nature, all persons are equal and equally have the right to whatever they consider necessary for ther survival. In such society, the only one “law” is “the natural law”..............."
Maka izinkan saya mengamini apa yang dikatakan Sakban Rosidi menyoal politik dimana semestinya politik dijadikan sebagai proses, politik adalah cara damai dan beradab menyelesaikan perbedaan kepentingan dan pandangan.

Comments :

0 komentar to “Ah! Buat Apa Berpolitik?”

Posting Komentar

Syamsul Maarif

Syamsul Maarif
Seminar Pendidikan

Pelanggan

Kontak

Bagi yang mau kirim tulisan, kritik, saran atau pasang iklan silahkan email ke via e-mail: syamsulm77@gmail.com
Kontak: Syamsul Maarif, tinggal: dk Sanjaya, Manggis, Sirampog, Brebes.
BlogCatalog Blog Directory

  © Blogger template syamsul by endiananews.com 2011

Back to TOP